. Once you have selected your lane, watch for pedestrians in the crosswalk as you approach the roundabout.At the dashed yield line, look to your left and yield to drivers already in the roundabout. Remember, in a multi-lane roundabout, you must yield to both lanes of traffic.Once a gap in traffic appears, merge into the roundabout and proceed to your exit. Look for pedestrians and use your turn signal before you exit. If there is no traffic in the roundabout, you may enter without yielding.
Kamis, 22 September 2011 - civilfile
In a multi-lane roundabout, you will see two signs as you approach the intersection: The yellow "roundabout ahead" sign and a black-and-white "lane choice" sign. You will need to choose a lane prior to entering the roundabout.
You choose your lane in a multi-lane roundabout the same way you would in a traditional multi-lane intersection. To go straight or right, get in the right lane. To go straight or left, get in the left lane. Drivers can also make U-turns from the left lane. The graphics below show what turns can be made in multi-lane roundabouts. The arrows in yellow show the movements that can be made from the right lane, and the arrows in green show the movements that can be made from the left lane.
Category:
0
komentar
- civilfile
As you approach a roundabout, you will see a yellow "roundabout ahead" sign with an advisory speed limit for the roundabout.
Slow down as you approach the roundabout, and watch for pedestrians in the crosswalk. Continue toward the roundabout and look to your left as you near the yield sign and dashed yield line at the entrance to the roundabout. Yield to traffic already in the roundabout. Once you see a gap in traffic, enter the circle and proceed to your exit. If there is no traffic in the roundabout, you may enter without yielding. Look for pedestrians and use your turn signal before you exit, and make sure to stay in your lane as you navigate the roundabout.
Category:
0
komentar
- civilfile
YOGYA (KRjogja.com) - Lumpur Lapindo ternyata bisa digunakan untuk meminimalkan kerusakan bangunan akibat gempa. Dimana lumpur ini memiliki kandungan silikat (SiO2) tinggi yaitu di atas 50 persen yang dapat memperkuat konstruksi bahan bangunan.
Penelitian mengenai pengembangan lumpur lapindo sebagai bahan campuran material bangunan tersebut dilkakukan oleh Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ir. As'at Pujianto, MT. Yakni mengenai 'Rekayasa Bahan Komposit Geopolimer, Serat Gelas, Lumpur Lapindo, Poliester untuk Rumah Hunian'.
Menurutnya, salah satu prinsip agar bangunan tahan gempa adalah dengan cara membuat bangunan ringan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan material ringan, yaitu dengan cara mengganti material konvensional menjadi material komposit yang memiliki kekuatan, ketahanan panas dan lentur tinggi.
"Salah satunya adalah komposit geoplimer yaitu serat gelas, lumpur Lapindo, dan poliester, yang akan dibuat menjadi material konstruksi seperti genteng dan profil komposit. Prinsipnya adalah dengan memperingan bangunan menggunakan bahan komposit yang memiliki kekuatan, ketahanan lentur dan ketahanan panas tinggi," paparnya di kampus UMY, Selasa (23/2).
Dijelaskannya, bahan komposit merupakan bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur yaitu serat (fiber) sebagai bahan pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik.
“Di dalam komposit unsur utamanya adalah serat sedangkan bahan pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai daya pengikat yang tinggi. Penggunaan serat sendiri yang utama untuk menentukan karakteristik bahan komposit seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik yang lain” jelasnya.
Selain itu diterangkan, bahan polimer merupakan jenis resin termoset. Polimer mempunyai kegunaan yang luas dalam industri kimia, teknik, listrik, mekanik dan sipil sebagai bahan perekat, cat pelapis dan benda-benda cetakan. Selain itu polimer mempunyai kekuatan yang tinggi serta mempunyai ketahanan kimia yang baik.
“Serat gelas dan polimer tersebut kemudian dicampur dengan lumpur Lapindo. Pemilihan lumpur Lapindo itu sendiri karena memiliki kandungan silikat (SiO2) tinggi yaitu di atas 50 persen. Selain itu penggunaan lumpur dilakukan juga sebagai upaya untuk ikut memanfaatkan lumpur Lapindo” paparnya.
Untuk proses pembuatannya sendiri adalah lumpur lapindo dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam open. Dipanaskan dalam suhu 800 derajad Celcius selama 4 jam. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan berbagai bahan pelarut dan unsur lain yang merugikan seperti C dan sulfur. Kemudian lumpur yang sudah dikeringkan, dihancurkan sampai halus untuk dicampurkan dengan serat fiber dan polimer atau resin.
"Bahan komposit yang sudah jadi nantinya dicetak dan dapat digunakan untuk menggantikan semen, batu bata, beton, bahkan genteng. Bahan ini relatif ringan sehingga dapat menekan jumlah korban jiwa maupun kerusakan yang berarti ketika terjadi gempa,” imbuhnya. (Ran)
Category:
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)